-->

Makalah Keperawatan Maternitas 1

Perawat adalah suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.

berikut adalah Makalah Makalah Keperawatan Maternitas 1




makalah keperawatan


PEMBAHASAN

A.   Konsep Remaja
1.      Pengertian Remaja
Istilah remaja sering disamakan dengan istilah adolesence, yaitu suatu keadaan yang menggambarakan suatu periode perubahan psikososial yang menyertai pubertas (Soetjiningsih, 2007). Adolesence merupakan istilah dalam bahasa Latin yang menggambarkan remaja, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Adolescence sebenarnya merupakan istilah yang memiliki arti yang luas yang mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik (Hurlock, 2010).

WHO (2017) mendefinisikan remaja sebagai masa tumbuh kembang manusia setelah masa anak-anak dan sebelum masa dewasa dalam rentang usia 10-19 tahun. Berbeda dengan pendapat Efendi dan Makhfudli (2009) yang menyatakan bahwa remaja tidak diukur berdasarkan usia, namun berdasarkan status pernikahan dan tingkat ketergantungannya terhadap orang tua. Jika seseorang menikah pada usia remaja, maka ia sudah termasuk dewasa, tidak lagi dikatakan sebagai remaja. Sebaliknya jika seseorang tersebut belum menikah, masih bergantung pada orang tua (tidak mandiri), namun usianya sudah bukan lagi remaja maka tetap masuk dalam kategori remaja.

2.      Tahap perkembangan remaja
Menurut Soetjiningsih (2007), didasarkan pada kematangan psikososial dan seksual dalam tumbuh kembangnya menuju kedewasaan, setiap remaja akan melalui tahapan berikut.
1) Masa remaja dini/awal (early adolescent) 11-13 tahun
2) Masa remaja menengah (middle adolescent) 14-16 tahun
3) Masa remaja tingkat lanjut/akhir (late adolescent) 17-21 tahun
Gunarsa (2008) mengkategorikan masa remaja berdasarkan tahapan perkembangannya, yaitu:
1)      Pra-pubertas(12-15 tahun) Masa pra-pubertas ini merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa pubertas. Memilki keinginan untuk berlaku seperti orang dewasa, kematangan seksual pun sudah terjadi, sejalan dengan perkembangan fungsi psikologisnya.
2)      Pubertas(15-18 tahun) Masa pubertas merupakan masa dimana perkembangan psikososial lebih dominan. Seorang anak tidak lagi reaktif namun 17 juga sudah mulai aktif dalam melakukan aktivitas dalam rangka menemukan jati diri serta pedoman hidupnya. Mereka mulai idealis, dan mulai memikirkan masa depan.
3)      Adolesen(18-21 tahun) Anak atau remaja pada masa adolesen secara psikologis mulai stabil dibandingkan sebelumnya. Mereka mulai mengenal dirinya, mulai berpikir secara visioner, sudah mulai membuat rencana kehidupannya, serta mulai memikirkan, memilih hingga menentukan jalan hidup yang akan mereka tempuh.

3.      Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
a.       Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan social. Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul (Sarwono, 2006: 52).

Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak. Pada wanita, kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.

Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.

Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).
b.      Perkembangan Kognitif Remaja
1)      Abstrak (teoritis).
Menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar.
2)      Idealistik.
Berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lainmaupun masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalamhidupnya.
3)      Logika.
Berfikirseperti seorang ilmuan membuat suatu perencanaan untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemecahan secara runtut, teratur dan sistematis.
c.       Perkembangan Psikososial Remaja
1)      Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis –  psikologis
2)      Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
3)      Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain
4)      Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
5)      Perubahaan perasaan secara tiba-tiba

B.   Pengertian Seks, seksual dan seksualitas
Seks adalah Penamaan fungsi biologis (alat kelamin dan fungsi reproduksi) tanpa ada judgemental atau hubungannya dengan norma. Contoh: Penis dan vagina. Seksual adalah Aktifitas seks yang juga melibatkan organ tubuh lain baik fisik maupun non fisik.Sedangkan Seksualitas adalah Aspek – aspek terhadap kehidupan manusia terkait faktor biologis, sosial, politik dan budaya, terkait dengan seks dan aktifitas seksual yang mempengaruhi individu dalam masyarakat.
Perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual. Bentuknya bervariasi mulai dari yang ringan dan cukup umum dilakukan remaja seperti bergandengan tangan, dan berpelukan, hingga bercumbu, petting, atau bahkan sampai berhubungan seksual.
(Efendi dan Makhfudli, 2009 Secara lebih luas Sarwono 2012) menjelaskan bahwa perilaku seksual remaja adalah segala bentuk tingkah laku yang didasari oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari tertarik, sampai berkencan, bercumbu, ataupun bersenggama dengan objek yang dapat berupa diri sendiri, orang lain, maupun khayalan.
1.Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seksual
Menurut L. Green, yaitu :
1)      Faktor predisposisi (predisposing factors)
 Faktor predisposisi merupakan faktor yang mendahului perilaku yang memberikan dasar rasional atau motivasi untuk perilaku tersebut antara lain terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2)      Faktor pemudah (enabling factors)
 Faktor ini merupakan faktor yang mengawali suatu perilaku yang memungkinkan sebuah motivasi atau dorongan dapat direalisasikan seperti ketersediaan dan keterjangkauan atau kemudahan akses, hal ini mencakup hal yang luas baik itu terkait informasi maupun sarana dan prasarana lainnya.
3)      Faktor pendorong (reinforcing factors)
Faktor pendorong merupakan faktor yang yang mengikuti sebuah perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut, dan berkontribusi terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut. Misalkan saja media, seseorang dengan tingkat pengetahuan seksual yang rendah dan mulai mencoba melakukan perilaku seksual kemudian terpapar media pornografi akan menambah resistensi seseorang tersebut.


2.      Bentuk-bentuk perilaku seksual. Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai khususnya pada remaja yaitu sebagai berikut :
a)      Masturbasi
Suatu aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja (Soetjiningsih, 2007). Masturbasi ini merupakan kegiatan seksual yang bisa berupa meyentuh, menggosok, dan meraba bagian tubuh sendiri yang sensitif sehingga menimbulkan rasa yang menyenangkan untuk mendapatkan kepuasan seksual (orgasme).
b)      Percumbuan, seks oral, dan seks anal.
Percumbuan merupakan segala jenis tindakan baik itu fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh dua atau lebih individu dengan maksud untuk membangkitkan birahi atau hasrat seksual pada pihak pihak yang terlibat.
c)       Petting .
Perilaku seksual yang dilakukan dengan menggesekkan alat kelamin baik dengan maupun tanpa pakaian tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, dan biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seksual
d)     Hubungan seksual
Kegiatan seksual dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina yang apabila terjadi ejakulasi ketika posisi alat kelamin laki-laki atau penis berada di dalam vagina maka akan memungkinkan terjadinya pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan fertilisasi atau pembuahan hingga kemudian terjadi kehamilan
3.      Masalah- masalah yang terkait pada remaja
a.  Kecelakaan kendaraan bermotor
b.  Penyalahgunaan zat
c.  Bunuh diri
d. Penyakit menular seksual

4.      Manfaat Seksualitas
a)      Membantu menjaga sistem kekebalan tubuh
Seseorang yang melakukan hubungan seksual memiliki tubuh yang relatif lebih kuat melawan kuman, virus, dan bakteri penyebab penyakit.
b)      Membakar kalori
Seks merupakan aktivitas fisik. Melakukan hubungan seks selama 30 menit dapat membakar sekitar 200 kalori. Oleh karenanya, menjadwalkan hubungan intim adalah kegiatan yang tepat untuk membakar kalori secara teratur.
c)      Menjaga kesehatan jantung
Kesehatan jantung adalah salah satu kunci kesehatan tubuh. Studi menemukan bahwa pria yang berhubungan intim dua kali seminggu memiliki risiko lebih kecil mengalami penyakit kardiovaskular, bila dibandingkan dengan orang yang hanya berhubungan intim sekali dalam sebulan.
d)     Meningkatkan kebahagiaan
Menurut penelitian, sering melakukan hubungan seks yang berkualitas mampu meningkatkan rasa bahagia. Hal ini berkaitan dengan manfaat hubungan intim yang dapat membantu mengurangi stres.
e)      Meningkatkan kedekatan pasangan
Orgasme melepaskan hormon eksitosin atau hormon cinta yang membantu pasangan suami istri meningkatkan rasa kepercayaan dan mempererat ikatan di antara keduanya. Rutin berhubungan intim dengan satu orang juga meningkatkan level komitmen, sehingga risiko perceraian dapat ditekan.
e)      Menurunkan tekanan darah
Menurut penelitian, hubungan intim, tidak termasuk masturbasi, ternyata bermanfaat menurunkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi berkaitan dengan risiko penyakit jantung dan stroke. Diduga hubungan intim membantu melebarkan pembuluh darah, meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh, sekaligus mengurangi tekanan darah karena termasuk dalam aktivitas fisik dengan intensitas yang serupa dengan olahraga.
5.       Faktor yang mempengaruhi seksualitas
a.       Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial,emosianal dan biologi kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhiseksualitas individu. Sejak lahir, gender, atau seks mempengaruhi perilakuindividu sepanjang kehidupannya.
b.      Kebisaan hidup sehat dan kondisi kesehatan
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidupyang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan.
c.       Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangatmempengaruhi kualitas hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadapseksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dandipercayainya.
d.      Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampaklangsung terhadap seksualitas.
e.       Budaya, nilai dan keyakinan
Faktor budaya termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu. Tiap budaya mempuyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual, dan hal lain terkait dengan kegiatanseksual
f.       .Agama
Pandangan agama tertentu diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksuallitas seseorang. Konsep tentang keperawanan, dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.
g.      Etik
Seksualitas yang sehat adalah terbebasnya individu dari rasa bersalah dan ansietas. Sebenarnya yang penting dipertimbangkan adalah rasa nyaman terhadap pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya bisa dicapai apabila bebas dari rasa bersalah dan perasaan cemas
6.      Cara untuk mencegah terjadinya perilaku seksualitas pada remaja :
1.      Adanya kasih sayang, perhatian dari orangtua dalam hal apa pun serta pengawasan yang tidak bersifat mengekang.
2.      Melakukan pengawasan secara intensif dan selektif terhadap media massa dan komunikasi.
3.      Menambah kegiatan yang positif di luar sekolah.
4.      Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi..
5.      Perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap perilaku seks bebas.

DAFTAR PUSTAKA

www.bkkbn.go.id. 2013. Kondisi Remaja Mengkhawatirkan.
Diakses pada 29 November 2013 Tim Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika Azwar, Saifuddin. 2009.
Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Santrock, J.W, (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup), Terjemahan Ahmad Chusairi dan Juda Damanik). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Steinberg, L, (1993). Adolescence (Third ed.). New York: McGraw-Hill, Inc. Taufik, M. dan Nisa R.N.A, (2009). “Seksualitas Remaja: Perbedaan Seksualitas Antara Remaja yang Tidak Melakukan Hubungan Seksual dan Remaja yang Melakukan Hubungan Seksual”. Dalam Jurnal Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 Response to "Makalah Keperawatan Maternitas 1"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel