-->

Cerpen ~ Putri yang Selalu Mengantuk

Putri yang Selalu Mengantuk

Cerpen


Putri yang Selalu
Mengantuk


Oleh Kak Amalia Achmad Mandala dan Kak Heni Anggraini Mandala



Di sebuah istana yang cantik penuh dengan bunga-bunga yang menyebarkan wangi harum hiduplah seorang putri yang selalu mengantuk bernama Putri Letargia. Putri Letargia sebenarnya memiliki wajah yang cantik namun sayang entah mengapa ia selalu mengantuk. Make up tebal selalu menutupi wajahnya yang kuyu karena mengantuk, lingkaran mata hitam tertutup oleh bedak tebal. Kadang-kadang Putri Letargia tidak sempat mandi karena bangun kesiangan, baginya memakai make up dan memilih gaun terindah lebih penting daripada mandi pagi, padahal kan mandi pagi sangat penting untuk kesehatan, iya kan? Untuk menutupi bau badan karena tidak mandi pagi Putri Letargia selalu memakai parfum banyak-banyak, membuat pelayan istana bersin- bersin mencium wanginya, hihihi…


Raja dan Ratu khawatir karena Putri semakin sering mengantuk di siang hari. Ketika Ibu Guru istana sedang mengajarkan sejarah sepakbola, Putri Letargia malah mengigau di atas buku. Ketika sedang ada kunjungan pejabat dari istana seberang, Putri Letargia menguap lebar-lebar. Yang paling parah, Putri sempat terlempar dari atas kuda yang berderap kencang ketika sedang berlatih berkuda, karena apa coba? Ya, karena dia tertidur. Akhirnya Raja menyelenggarakan sayembara demi kesembuhan Putri Letargia dari penyakit mengantuknya. Para dokter dan tabib terbaik berbondong-bondong berusaha menyembuhkan, mengadakan tes ini itu pada Putri Letargia, namun tak ada satupun yang berhasil menyembuhkan Putri sampai-sampai Putri bosan sendiri dan meminta Raja menghentikan sayembara.

Sementara di luar istana seorang Pemuda Tampan sederhana yang baru datang dari negeri seberang berusaha mencari tahu penyebab Putri Letargia selalu mengantuk. Pemuda Tampan itu bertanya-tanya pada pelayan istana tentang kebiasaan Putri Letargia sebelum tidur.

“Ooohh… biasanya Putri Letargia suka membaca majalah-majalah yang memajang foto putri-putri tercantik di seluruh dunia” kata ahli rias Putri Letargia.


“Lalu biasanya Putri akan sibuk memilih-milih gaun apa yang akan dikenakannya besok. Memilih gaun itu bukan pekerjaan mudah loh, koleksi gaun Putri kan disimpan di sebuah kamar sebesar lapangan bola di kelurahan, buanyaaaak sekali,” ujar penata rambut Putri Letargia.

“Kadang-kadang Putri sibuk berlatih merias diri sekalian memilih warna make up apa yang paling bagus untuk dipakai besok,” pelayan istana yang bertugas menghias kuku-kuku Putri Letargia menambahi.

“Oh, belum lagi soal sepatu. Kamu tahu berapa banyak sepatu Putri Letargia? Mungkin ada seribu pasang lebih!”

“Aksesoris! Ya, gelang, cincin, anting, kalung harus serasi! Jadi harus dipikirkan sejak malam...”

“Kemudian setelah itu semua selesai, malam sudah terlalu larut dan pagi sudah akan menjelang sehingga Putri memutuskan untuk tidak tidur supaya tidak bangun kesiangan, bisa-bisa dia terlambat sarapan pagi dengan Raja dan Ratu.”

Ooohhh… jadi begitu kebiasaan Putri Letargia sebelum tidur setiap malamnya, selalu memikirkan penampilan! Pikir si Pemuda Tampan.


Pemuda Tampan memperhatikan sekelilingnya, begitu banyak rakyat miskin yang tak sempat memikirkan penampilan di jalanan tepat di luar gerbang istana yang tinggi. Apakah Putri Letargia tidak tahu keadaan ini, atau malah tidak peduli? Pemuda Tampan ingin menyembuhkan penyakit Putri Letargia, ia lalu menyamar menjadi seorang pelayan istana, tugasnya adalah mengantarkan majalah-majalah untuk dibaca Putri sebelum tidur. Suatu hari, Pemuda Tampan menyelipkan koran negeri di antara tumpukan majalah. Di koran itu ditulis protes rakyat karena harga pajak yang naik.

“Pelayan! Siapa yang tadi mengantarkan majalah ke kamarku? Panggil orangnya ke sini!” Putri berteriak memanggil pelayan istana. Ia sangat terkejut mendapati lembaran koran berwarna coklat yang lusuh dengan gambar-gambar hitam putih yang tidak menarik, tidak seperti majalah langganannya yang selalu cantik dan wangi.

Si Pemuda Tampan baru sekali ini berdiri sangat dekat dengan Putri Letargia. Biasanya Putri selalu tampil dengan make up tebal namun kali ini Pemuda Tampan melihat wajahnya cantik tanpa make up walaupun ada lingkaran hitam di matanya karena kurang tidur.

“Maafkan hamba tuan Putri karena telah lancang menyelipkan koran di tumpukan majalah langganan 


tuan Putri,” ujar Pemuda Tampan sambil bersimpuh di hadapan Putri Letargia.

Putri Letargia memintanya berdiri.

“Jadi, kamu sengaja menyelipkan koran itu? Hmmm… apakah benar rakyat negeri ini sedang kesusahan, pelayan?”

“Iya, tuan Putri.”

“Ohh… Aku tak tahu,” wajah Putri Letargia tampak sedih. Dia tak pernah tahu keadaan di luar istana yang sebenarnya. Selama ini Putri hanya bertemu rakyat ketika ada pawai dalam acara- acara resmi istana, dimana Putri akan berdiri di atas kereta kuda lalu melambai-lambaikan tangan, dan sepertinya rakyat tidak ada yang menderita pada saat-saat itu, semua berpakaian bagus dan tersenyum bahagia.

Kemudian, Putri Letargia banyak mengobrol dengan Pemuda Tampan tentang keadaan istana, ia kini menjadi mengerti keadaan negerinya. Sampai suatu hari, “Ajak aku melihat rakyatku, pelayan,” kata Putri Letargia.

“Baiklah,” jawab Pemuda Tampan.

“Tunggu, aku harus membetulkan lipstikku dan mengganti gaunku dulu yang ini tidak bagus.”




“Jangan, jika Putri ingin melihat keadaan rakyatmu yang sebenarnya, Putri harus terlihat seperti mereka, Putri harus menyamar seperti mereka.”

“Apa?! Maksudmu pergi keluar istana tanpa make up dan gaun indah?!”

“Ya, hapuslah make up- mu dan pinjamlah gaun sederhana dari pelayan istana.”

“Hmm… baiklah.”

Putri Letargia berjalan di jalan sempit pasar negeri ditemani Pemuda Tampan. Betapa sedihnya Putri Letargia melihat pengemis-pengemis di jalanan. Putri tak bisa membayangkan susahnya hidup mereka. Lalu Putri melihat seorang anak perempuan kecil yang sedang keberatan mengangkat sekeranjang penuh buah jeruk.

“Apakah jeruk ini dijual?” tanya Putri Letargia pada anak perempuan kecil itu.

“Iya Nona cantik.”

Putri terkejut mendengar panggilan ‘nona cantik’ itu. Padahal Putri merasa amat sangat jelek dengan rambut berantakan, wajah polos tanpa make up dan gaun sederhana berwarna coklat.

“Baiklah, aku beli semuanya.” Putri mengeluarkan satu lempeng emas. Mata anak perempuan kecil itu berbinar-binar kesenangan, ia tidak percaya ketika melihat lempeng emas di tangannya, padahal harga sekeranjang jeruk ini tidak lebih dari satu lempeng perunggu. Putri Letargia membagi-bagikan jeruk yang baru dibelinya pada para pengemis jalanan, dan mereka semua berseru, “Terimakasih, Nona cantik.”

“Putri, sebaiknya jangan hanya membagikan jeruk pada pengemis-pengemis itu, jangan menjadikan mereka pemalas, berikanlah pekerjaan bagi mereka,” bisik Pemuda Tampan pada Putri Letargia.

“Baiklah, akan aku bicarakan hal ini pada Ayahanda Raja, juga tentang pajak yang semakin tinggi itu” jawab Putri Letargia mantap.

Putri Letargia sudah bicara pada Raja dan Ratu, dan mereka bersedia meninjau kembali kebijakan-kebijakan istana, dan tak lupa berjanji membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Raja dan Ratu tak habis pikir mengapa Putri Letargia tertarik pada hal-hal selain make up dan gaun indah, tapi mereka bangga karena Putri Letargia ternyata memiliki jiwa sosial yang tinggi. Malam itu, Putri Letargia tidur

nyenyak tanpa mempedulikan persiapan penampilannya esok hari. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Putri Letargia bisa tidur dengan nyenyak.

Esok harinya, Putri Letargia bangun tepat waktu dan merasa segar. Putri merasa sangat bahagia karena telah melakukan kebaikan untuk orang lain, lebih bahagia daripada ketika mendapatkan hadiah sepatu atau gaun baru yang cantik dari Ratu. Sayang, Pemuda Tampan tiba-tiba menghilang dari istana, hanya ada sepucuk surat pendek darinya untuk Putri; Hati Tuan Putri ternyata secantik wajahmu. Terima kasih, semoga kelak kita bertemu lagi.

Beberapa bulan berlalu, Putri Letargia tak lagi mengantuk karena ia tak pernah lagi kekurangan tidur. Putri sekarang terlibat di dewan pejabat istana yang mengurusi perpajakan negeri. Putri jarang menggunakan make up tebal dan gaun-gaun panjang karena tidak cocok dipakai bekerja. Putri menjalani hari- harinya dengan semangat dan tidur dengan nyenyak setiap malam sekarang.

Malam ini ada acara perjamuan makan dengan Pangeran dari negeri seberang yang akan dilanjutkan dengan pesta dansa. Putri memilih gaun sederhana namun cantik dan make up tipis namun membuat wajahnya seperti bercahaya. Putri Letargia tak terlalu berlebihan lagi dalam berdandan sekarang. Dia mengerti kecantikan dari dalam hati lebih berharga daripada make up tebal dan gaun mahal.

Pangeran negeri seberang berkali-kali mencuri pandang sambil tersenyum penuh arti pada Putri Letargia ketika mereka sedang menikmati makan malam dengan Raja dan Ratu serta beberapa pejabat istana. Putri Letargia ingin membalas pandang tapi ia malu. Sampai pada saat dansa dimulai, Putri Letargia berpasangan dengan Pangeran negeri seberang, ia bisa melihat dengan jelas wajah tampan Pangeran. Wajah yang sangat dikenalnya. Ya, Pangeran negeri seberang adalah Pemuda Tampan itu. Mereka berpandangan dengan rasa bahagia.

“Selamat datang kembali, pelayan, eh, maksudku, Pangeran,” bisik Putri malu- malu.

“Percayalah, Putri, engkau terlihat jauh lebih cantik dari sekarang,” jawab Pangeran Tampan.

“Terimakasih kepada Anda, Pangeran.”

“Memang benar, kecantikan dari dalam hari akan lebih berharga daripada kecantikan di luar saja.”

Putri Letargia setuju dengan perkataan Pangeran Tampan. Kamu, tentu setuju juga, kan?

BERSAMBUNG....... THE END

0 Response to "Cerpen ~ Putri yang Selalu Mengantuk"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel