Komparasi Teori dan Sistem Ekonomi
Wednesday, May 1, 2019
Add Comment
Meski semua ekonom mengenal dan mengagungkan ajaran Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations, hanya sedikit yang mencermati secara teliti. Dalam buku Wealth of Nation yang diterbitkan Oxford University Press, tahun 1993, halaman 261dan 541 Adam Smith mengutip perjalanan Doktor Pocock yang menjelaskan rahasia kesuksesan para pedagang Arab. Tepatnya, ia menulis, “ketika mereka memasuki sebuah kota, mereka mengundang orang-orang di jalan, baik kaya maupun miskin, untuk makan bersama dengan duduk bersila. Mereka memulai makan dengan mengucap bismillah dan mengakhirinya dengana ucapan hamdallah.” (Karim, 2001: 170)
Teori dan Sistem Ekonomi
Apabila melakukan pencermatan lebih mendalam, buku Adam Smith “The Wealth of Nation” diduga banyak mendapat inspirasi dari buku Al-Amwal yang bahasa Inggrisnya The Welath karangan Abu Ubaid (838 M). Banyak dari teori ekonomi modern yang merupakan inspirasi dari pemikiran ekonomi Islam. Beberapa sistem ekonomi dari masyarakat muslim yang ditiru barat antara lain adalah syirkah (serikat dagang), suftaja (bill of exchange), hiwala (letter of credit), dar-ut Tiraz ( BUMN), ma‟una (bank swasta).
Dengan mengkaji dan mempelajari secara seimbang antara literatur Islam dengan literatur barat akan meningkatkan pemahaman kita bahwa sangat besar peran pemikir ekonomi Islam terdapat inspirasi para pemikir barat. Hal tersebut menjadikan kita tidak perlu terkesima dengan teori-teori barat yang sering kita agungkan berlebihan, di samping akan menambah pengakuan peran pemikir ekonomi Islam terhadap kemajuan ekonomi modern dewasa ini.
Dalam aplikasinya, selaku muslim harus menggunakan prinsip ekonomi nur (khair), yaitu prinsip ekonomi yang didasarkan atas konsep ketuhanan secara fungsional. Lawan dari hal di atas adalah prinsip ekonomi dzulumat/syar adalah prinsip ekonomi yang melandaskan pada pola pikir materialisme, yang menempatkan manusia sebagai segala-galanya.
Dengan melihat tabel di atas, dapat diuraikan bahwa : Sistem ekonomi Islam dapat lebih banyak memenuhi tujuan di banding sistem ekonomi yang lain. Kemakmuran yang ingin dicapai oleh sistem ekonomi Islam adalah kemakmuran duniawi dan ukhrowi sedangkan sistem yang lain hanyalah kemakmuran duniawi. Dalam sistem ekonomi sosialis, pemerataan dapat terwujud, tetapi keadilan diabaikan. Sebaliknya, dalam sistem kapitalis, keadilan dapat terwujud sedangkan pemerataan bertentangan dengan ideologi yang ditanamkan . Secara normatif, dengan ekonomi Islam, stabilitas dapat terwujud karena tanpa riba sehingga stabilitas moneter dapat terkendali.
Persatuan, keserasian, perdamaian, kelestarian sumber daya alam sejak awal sangat diperhatikan dalam Islam. Sementara sistem lain tidak pernah membahas tentang kelestarian alam, baru pada akhir-akhir ini muncul kesadaran pentingnya kelestarian alam setelah banyak terjadi kerusakan di bumi dan bencana yang ditimbulkannya. Ekonomi Islam sangat menekankan kemandirian melalui persuasi kultural.
Dari penjelasan di atas, seharusnya sistem ekonomi Islam merupakan sistem ideal dan terbaik secara normatif, tetapi realitas menunjukkan bahwa pada abad ini perwujudan tersebut tidak berhasil. Hal ini disebabkan karena umat Islam sendiri masih meragukan atau meninggalkan sistem ekonomi Islam karena terpesona dengan kehebatan sistem ekonomi yang lain.
“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)”. (Q.S. Al-Ihsan: 27).
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (Q.S. An-Najm: 29)
Kita mencoba lagi untuk mencari tanda lain agar dapat membedakan antar sistem ekonomi yang ada. Sistem ekonomi kapitalis mempunyai prinsip, setiap orang akan mendapatkan penghasilan sesuai karyanya (from its according to his equality to is according his). Sistem ekonomi komunis mempunyai prinsip, setiap orang akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan kebutuhannya (from its according to his equality to is according to his need). Ekonomi Islam dengan bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadits membangun nilai egalitarianisme (kesejahteraan bersama),
“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, maka berdamailah di antara kamu, dan bertaqwalah kepada Allah” (Q.S. Al-Hujurat: 13 ). Di samping itu nabi bersabda
“ tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
G.H. Jansen seorang non muslim dan bukan ahli ekonomi dalam bukunya “Islam Militan” menyatakan, bahwa sejak 1960-1970-an sudah ada ratusan jilid buku ditulis oleh para sarjana Pakistan, Syria, Mesir, dan dunia Islam lainnya tentang teori ekonomi Islam yang langsung dipraktekkan, sesungguhnya memang benar. Tetapi Jansen mempertanyakan, masalahnya sekarang mengapa teori ekonomi Islam itu tidak dipraktekkan. Jansen menjawab sendiri, bahwa para pemimpin dunia Islam belum mempunyai “Political Willing”. (Rais, 1985: 460).
Teori dan Sistem Ekonomi
Apabila melakukan pencermatan lebih mendalam, buku Adam Smith “The Wealth of Nation” diduga banyak mendapat inspirasi dari buku Al-Amwal yang bahasa Inggrisnya The Welath karangan Abu Ubaid (838 M). Banyak dari teori ekonomi modern yang merupakan inspirasi dari pemikiran ekonomi Islam. Beberapa sistem ekonomi dari masyarakat muslim yang ditiru barat antara lain adalah syirkah (serikat dagang), suftaja (bill of exchange), hiwala (letter of credit), dar-ut Tiraz ( BUMN), ma‟una (bank swasta).
Dengan mengkaji dan mempelajari secara seimbang antara literatur Islam dengan literatur barat akan meningkatkan pemahaman kita bahwa sangat besar peran pemikir ekonomi Islam terdapat inspirasi para pemikir barat. Hal tersebut menjadikan kita tidak perlu terkesima dengan teori-teori barat yang sering kita agungkan berlebihan, di samping akan menambah pengakuan peran pemikir ekonomi Islam terhadap kemajuan ekonomi modern dewasa ini.
Dalam aplikasinya, selaku muslim harus menggunakan prinsip ekonomi nur (khair), yaitu prinsip ekonomi yang didasarkan atas konsep ketuhanan secara fungsional. Lawan dari hal di atas adalah prinsip ekonomi dzulumat/syar adalah prinsip ekonomi yang melandaskan pada pola pikir materialisme, yang menempatkan manusia sebagai segala-galanya.
Dengan melihat tabel di atas, dapat diuraikan bahwa : Sistem ekonomi Islam dapat lebih banyak memenuhi tujuan di banding sistem ekonomi yang lain. Kemakmuran yang ingin dicapai oleh sistem ekonomi Islam adalah kemakmuran duniawi dan ukhrowi sedangkan sistem yang lain hanyalah kemakmuran duniawi. Dalam sistem ekonomi sosialis, pemerataan dapat terwujud, tetapi keadilan diabaikan. Sebaliknya, dalam sistem kapitalis, keadilan dapat terwujud sedangkan pemerataan bertentangan dengan ideologi yang ditanamkan . Secara normatif, dengan ekonomi Islam, stabilitas dapat terwujud karena tanpa riba sehingga stabilitas moneter dapat terkendali.
Persatuan, keserasian, perdamaian, kelestarian sumber daya alam sejak awal sangat diperhatikan dalam Islam. Sementara sistem lain tidak pernah membahas tentang kelestarian alam, baru pada akhir-akhir ini muncul kesadaran pentingnya kelestarian alam setelah banyak terjadi kerusakan di bumi dan bencana yang ditimbulkannya. Ekonomi Islam sangat menekankan kemandirian melalui persuasi kultural.
Dari penjelasan di atas, seharusnya sistem ekonomi Islam merupakan sistem ideal dan terbaik secara normatif, tetapi realitas menunjukkan bahwa pada abad ini perwujudan tersebut tidak berhasil. Hal ini disebabkan karena umat Islam sendiri masih meragukan atau meninggalkan sistem ekonomi Islam karena terpesona dengan kehebatan sistem ekonomi yang lain.
“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)”. (Q.S. Al-Ihsan: 27).
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (Q.S. An-Najm: 29)
Kita mencoba lagi untuk mencari tanda lain agar dapat membedakan antar sistem ekonomi yang ada. Sistem ekonomi kapitalis mempunyai prinsip, setiap orang akan mendapatkan penghasilan sesuai karyanya (from its according to his equality to is according his). Sistem ekonomi komunis mempunyai prinsip, setiap orang akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan kebutuhannya (from its according to his equality to is according to his need). Ekonomi Islam dengan bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadits membangun nilai egalitarianisme (kesejahteraan bersama),
“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, maka berdamailah di antara kamu, dan bertaqwalah kepada Allah” (Q.S. Al-Hujurat: 13 ). Di samping itu nabi bersabda
“ tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
G.H. Jansen seorang non muslim dan bukan ahli ekonomi dalam bukunya “Islam Militan” menyatakan, bahwa sejak 1960-1970-an sudah ada ratusan jilid buku ditulis oleh para sarjana Pakistan, Syria, Mesir, dan dunia Islam lainnya tentang teori ekonomi Islam yang langsung dipraktekkan, sesungguhnya memang benar. Tetapi Jansen mempertanyakan, masalahnya sekarang mengapa teori ekonomi Islam itu tidak dipraktekkan. Jansen menjawab sendiri, bahwa para pemimpin dunia Islam belum mempunyai “Political Willing”. (Rais, 1985: 460).
0 Response to "Komparasi Teori dan Sistem Ekonomi"
Post a Comment