-->

Makalah (EKONOMI) Siklus Ekonomi

Siklus Ekonomi


Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.

Sayangnya, perekonomian tersebut di atas hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu (durasi) yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, menengah, dan panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business cycle).

Sekalipun gerak naik turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola yang berdampak buruk. Seperti yang terjadi di Indonesia, jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami kontradiksi atau pertumbuhan ekonomi negatif. Itulah sebabnya siklus ekonomi sangatlah penting dan juga menarik untuk dibahas secara khusus.
Berangkat dari hal diatas, maka dalam makalah ini kami memutuskan pembahasan dan mengangkat judul “Siklus Ekonomi”.


SIKLUS EKONOMI

__________________________________________

Perekonomian mengalami gelombang naik-turun yang relatif teratur dan terjadi secara berulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Gerakan ini disebut siklus ekonomi (business cycle).

Anatomi Siklus Ekonomi

1.        Tahap Ekspansi = kegiatan ekonomi cepat

yaitu tahap kegiatan ekonomi dalam perkembangan atau pertumbuhan yang cepat sampai tercapainya puncak kegiatan (masa “boom” atau “hausse” = konjungtur tinggi)

2.      Tahap Resesi = Kelesuan

Yaitu semula kemacetan yang timbul menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi terhenti (stagnasi) dan/atau mundur sedikit.

Jika berlangsung lama dan hebat, dimana semua sektor ekonomi ikut lesu maka kelesuan menjadi kemrosotan.

3.   Tahap Depresi = kemrosotan

Yaitu kemrosotan yang disebabkan antara lain banyak produksi berkurang, banyak pabrik tutup, banyak terjadi pengangguran (baisse atau konjungtur rendah). Tetapi akhirnya keadaan berubah lagi (titik balik bawah/trough)

4.   Tahap Recovery/Revival = pemulihan

Yaitu tahap yang mulai pulih kembali normal.

Indikator analisis siklus ekonomi

Pertumbuhan ekonomi atau jumlah output riil serta tingkat harga.


Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya

1.        Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)

§  Penemu: Joseph Kitchin (1923)

§  Durasi: 40 bulan

§  Faktor yang mempengaruhi: Custom & Nature

Pengaruh alamiah (Nature): iklim, pengaruh sinar matahari, curah hujan, kekuatan angin, gelombang laut memengaruhi aktivitas ekonomi.

Pengaruh adat-istiadat (Custom):  perayaan hari raya mempengaruhi permintaan masyarakat.

2.      Siklus Jangka Menengah (Juglar Cycle)

§  Penemu: Clement Juglar (1860)

§  Durasi: 7-11 tahun

§  Faktor yang memengaruhi: Sunspot

William Stanley Jevon menjelaskan: siklus ekonomi di bumi (perekonomian di Inggris) dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu bintik matahari (sunspot) yang berdaur ulang 11 tahun sekali, dimana akan mempengaruhi iklim/cuaca, sehingga memengaruhi output perekonomian, dan muaranya akan mempengaruhi output perekonomian nasional.

3.      Siklus Jangka Panjang (Kondratief Cycle)

§  Penemu: Nikolai D. Kondratief (1925)

§  Durasi: 48-60 tahun

§  Faktor yang memengaruhi: Invention & Innovation

Schumpeter menunjukkan bahwa siklus jangka panjang yang dialami di AS tahun 1787-1842 dipenngaruhi oleh penemuan & penerapan teknologi baru mesin uap dan melahirkan revolusi industri. Siklus panjang tahun 1843-1897 disebabkan penemuan kereta api.

TEORI PENYEBAB GELOMBANG KONJUNGTUR

Jevons dan Moore (1923): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya perubahan alam
Pigou (1927): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para pelaku bisnis (harapan pesimistis atau optimistis)
Malthus (1936): penyebab munculnya krisis ekonomi karena adanya kekurangan konsumsi (under consumption). Alasan: sektor industri manufaktur makin berkembang dan masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.
Mitchell (1951): Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem ekonomi kapitalis-liberalis.
Hawtrey (1928) dan Friedman (1957): Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem moneter dan sistem kredit.
Shcumpeter (1934) menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi teknologi.
Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997): Ekspektasi masyarakat yang rasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi.
Keynes: Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi merupakan akibat. Penyebab utama adalah tidak stabilnya investasi.
Siklus konjungtur kegiatan ekonomi menurut Ellis (1991) berbeda-beda.
Kondratif: setiap 50 tahun sekali
Juglar: 11 tahun sekali
Kitchin: 4 tahun sekali
Batra (1990): 60 tahun sekali
Mubyarto: 7 tahun sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-lungan).

Siklus Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Inflasi

Siklus ekonomi & kesempatan kerja berhubungan positif.

Jangka Pendek à Siklus ekonomi      ; kesempatan kerja      ; tingkat pengangguran

Asumsi: Teknologi konstan, barang modal tetap, dan tenaga kerja adalah variabel yang berubah.

Jika output riil < output natural à tingkat pengangguran meningkat > tingkat pengangguran natural, dan sebaliknya.

Jika output riil = output natural à tingkat pengangguran meningkat = tingkat pengangguran natural

Siklus ekonomi & inflasi

Jika output riil < output natural à inflasi    , dan sebaliknya.




Pengelolaan Siklus Ekonomi

Untuk menekan dampak negatif dari siklus ekonomi maka diperlukan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang di bidang moneter dan fiskal.

Kebijakan Jangka Pendek

Target utama: mengatasi output gap

untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek; stimulasi permintaan.

Kebijakan Jangka Panjang

Target utama: mencapai pertumbuhan yang tinggi dan memperkecil simpangan pertumbuhan ekonomi.

Untuk stimulasi penawaran.

Siklus Ekonomi Indonesia

Penafsiran gerak siklus ekonomi Indonesia dari segi indikator PDB Riil dan pertumbuhan ekonomi dengan periode pangamatan PJPT I (1969-1995) dan periode 1990-an.

Periode 1969 – 1995

N  Indikator PDB Riil

Perekonomian Indonesia selama 1969-1994 terus mengalami pertumbuhan, tidak mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Kondisi terburuk dialami pada tahun 1982 dengan pertumbuhan ekonomi 2,3% dan 1985 dengan pertumbuhan ekonomi 2,4%. Data ini menunjukkan keberhasilan pemerintah mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. PJP I, PDB Riil meningkat sekitar 6x lipat; di tahun 1969 PDB riil baru mencapai Rp 49 triliun dan di tahun 1995 menjadi Rp 275 triliun. Terjadi peningkatan PDB riil dari tahun 1990 ke 1997, yaitu Rp 263 trilyun menjadi Rp 423 trilyun.

N  Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama PJP I ((1969-1995) adalah 6,8% pertahun. Flukstuasi pertumbuhan yang lebih rendah dapat dilihat pada tahun-tahun berikut:

1975 = 5%, 1979 = 6,2%, 1982 = 2,3%, 1985 = 2,4%, 1987 = 4,9%, 1993 = 6,5%, 1994 = 6,5%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 1973 sebesar 11,4% dan terendah pada tahun 1982 sebesar 2,3% pertahun.

Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh faktor ekternal, yaitu oil boom (1971 – 1973) dan resesi dunia (1982). Oil Boom meningkatkan pendapatan dari ekspor minyak dan resesi telah menurunkan permintaan ekspor terhadap Indonesia. Hampir sepanjang 1980-an perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan dibawah rata-rata PJP I, tetapi memasuki tahun 1990-an pertumbuhan meningkat kembali. Tahun 1990-1997 sekitar 7,4%

PERIODISASI PENGAMATAN

Masa Orde Lama: 1945-1966
Masa Orde Baru: 1966-1999
Masa Reformasi: 1999-20…
Masa Orde Lama

Perang kemerdekaan berakhir (tahun 1945-1949): Pengakuan terhadap RIS
Pembangunan dititik-beratkan pada “Nation Building”
Peran pemerintah dalam perekonomian sangat dominan
Pengeluaran pemerintah terkonsentrasi untuk tujuan politik dan keamanan dan ketertiban
Usaha untuk perbaikan di bidang ekonomi terabaikan
Anggaran Belanja Defisit, ditutup dengan mencetak uang, mengakibatkan inflasi sangat tinggi
Pertumbuhan ekonomi rendah, bahan pokok sulit didapatkan masyarakat, sehingga harganya tinggi
Diperparah dgn beredarnya berbagai jenis mata uang: uang De Javasche Bank, uang pemerintah Belanda, uang NICA, ORI, dan beberapa jenis uang lokal (URIPS-Sumatera, URITA-Tapanuli, URPSU-Sumatera Utara/Aceh, URIBA-Aceh, URIDAP-Banten, Uang Mandat-Palembang
Kebijakan Moneter (Tahun1950)

Tujuan:
–     Memperbaiki posisi neraca pembayaran

–     Pengendalian harga (inflasi)

–     Menggali sumber pendapatan pemerintah untuk menutup defisit anggaran

Tahun 1959:
–     dilakukan penurunan nilai uang (Sanering). Pecahan Rp500 dan Rp1.000 masing-masing menjadi Rp50 dan Rp100.

–     Giro dan deposito di atas Rp25.000 dibekukan dan diganti dengan pinjaman jangka panjang

Kurs : US$1 = Rp45

Kondisi Tahun 1960-an

Mulai tahun 1960 proyek politik pemerintah meningkat
–     Konfrontasi dengan Malaysia

–     Penyelenggaraan Asean Games

–     Penyelenggaraan Pekan Olah Raga (GANEFO)

–     Pembebasan Irian Barat dari Belanda

Tahun 1965: Bank Indonesia sebagai Bank Berdjoang bersedia menutupi defisit anggaran pemerintah dengan mencetak uang baru
Inflasi sangat tinggi (Tahun 1965 sebesar 635%)
Desember 1965 penggantian uang (Rp1.000 uang lama diganti Rp1 uang baru)
Tahun 1966 terjadi krisis politik: pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru
Masa Orde Baru

Masalah yang dihadapi:
–     Tidak mampu bayar utang

–     Defisit Neraca Perdagangan

–     Anggaran pemerintah defisit

–     Inflasi tinggi (635%)

–     Buruknya prasarana ekonomi

Upaya yang dilakukan:
–     Pengendalian inflasi

–     Penyediaan bahan pangan, terutama beras

–     Rehabilitas prasarana ekonomi

–     Meningkatkan ekspor

–     Menciptakan lapangan kerja

–     Perbaikan iklim investasi, terutama investasi asing

–     Pelaksanaan pembangunan berencana (PELITA): Trilogi Pembangunan

Titik Berat Politik Ekonomi Orde Baru

v mengejar pertumbuhan tinggi dan  pemerataan pendapatan melalui ‘trickle down effect’

v memberikan segala kemudahan seperti perizinan, perlindungan bea masuk, kredit bank, peruntukkan lahan dsbnya untuk mendukung pengembangan usaha besar

v memberikan monopoli beberapa jenis komoditi kepada usaha-usaha besar

Masa Orde Baru

1966-1970: Masa Stabilisasi (Recovery)
–     Menjalankan kebijakan Anggaran Belanja Seimbang

–     Mendorong Investasi (tahun 1968: UUPMA dan UUPMDN)

–     Menata sistem perbankan nasional (UU No. 13 1968 tentang Bank Sentral dan UU No. 14 tahun 1967 tentang bank Umum)

Tahun 1970: tercipta stabilitas ekonomi nasional. Inflasi dapat ditekan:
–     Tahun 1967                112%

–     Tahun 1968                  85%

–     Tahun 1969                  10%

–     Tahun 1971                     2,5%

Mulai dilaksanakan kebijakan industrialisasi di Indonesia (industri substitusi impor) → misalnya industri pupuk
Mulai diterapkan rencana pembangunan yang berkesinambungan (Repelita I)

1973/1974: Bonansa Minyak (Oil Boom)
–     Harga minyak dunia meningkat 400%

–     Penerimaan Negara naik (± 48%), inflasi naik (± 58%)

–     Peran minyak dominan, non migas tertinggal

–     Peranan Swasta dalam perekonomian kecil

–     Kebijakan mengatasi inflasi, Bank Indonesia melakukan intervensi ekonomi:

Menetapkan pagu (batas tertinggi) kredit
Menaikan suku bunga pinjaman
Menaikan cadangan minimum perbankan
Menaikkan suku bunga deposito berjangka
Melarang bank pemerintah menerima deposito berjangka yang dananya berasal dari luar negeri
–     Inflasi dapat ditekan:

1974/1975 : 21%
1977/1978 : 19%
1980 an: Masa resesi
–     Terjadi over supply minyak dunia, menyebabkan harga minyak turun

–     Terjadi defisit perdagangan luar negeri Amerika

–     Terjadi kenaikan harga mata uang yen Jepang terhadap dolar Amerika (Yendaka)

–     Pendapatan Negara turun, hutang negara (dalam matauang Yen) naik

–     Terjadi upaya penyesuaian (Devaluasi, deregulasi, penghematan)

MASA DEREGULASI

1983 (1 Juni): Deregulasi Perbankan
–     Bank bebas menentukan bunga dan pagu kredit

1984: Deregulasi bidang Fiskal
–     UU pajak baru (prinsip Self Assessment)

1985: Deregulasi bidang Perdagangan
–     Penurunan tariff bea masuk (0 s.d 225% menjadi 0 s.d 60%)

1986: Sistem pengembalian bea masuk
1987: Transparansi alokasi kuota tekstil
1988: Penghapusan monopoli impor plastik dan baja
1990: Masa perekonomian Kepanasan (over heated)
–     Kinerja Bank menurun

Capital Adequacy Ratio (CAR) rendah
Lend to Deposit Ratio (LDR) tinggi
–     Kredit banyak yang macet

Upaya mengatasi
–     Tigh Money Policy (kebijakan uang ketat)

–     Pengendalian mega proyek

–     CAR 8% (paling lambat 1993) dan LDR maks 100%

1995/1996: Indonesia macan Asia Baru (NICs)
–     Sritua Arif: Everything is beautiful in Indonesia

1996/1997: Awal krisis moneter
Kondisi Makro Ekonomi Indonesia Tahun 1997/1998

q Nilai rupiah merosot ( tinggal 85% dari semula)

q Inflasi meningkat tajam (Des. 1998 mencapai 77,6%)

q Kontraksi ekonomi (sebesar -13,2%)

q Investasi dalam negeri turun, kecuali investasi asing

q Suku bunga meningkat (SBI 1 bulan = 70%)

q Ekspor dan impor turun (kecuali ekspor sektor pertanian)

q Transaksi berjalan surplus

q Terjadi pemindahan modal dalam negeri ke luar (capital flight) sebesar 10%-15% dari PDB (lebih dari US$25 milyar)

q Cadangan devisa turun (Maret 1997 sebesar US$26,6 milyar; Maret 1998 sebesar US$13,2 milyar; Maret 1999 sebesar US$15,8 milyar)

q Uang primer meningkat (tahun 1996 sebesar 8,1% terhadap JUB; tahun 1997 sebesar 26,4% dan tahun 1998 sebesar 41,4%)

UPAYA PEMULIHAN EKONOMI (TAHUN 1999)

1.        Penyehatan kerangka makro ekonomi

Pengendalian inflasi kisaran 20%
Transaksi berjalan diupayakan surplus untuk membantu membayar hutang
2.      Revisi APBN dengan parameter baru

Defisit diusahakan berkisar 1% dari PDB
Pengurangan subsidi di bidang enerji (terutama BBM), namun tetap memberi perlindungan rakyat miskin
3.      Transparansi kebijakan fiskal

Dana reboisasi dimasukkan dalam APBN
4.      Proyek swasta

Penjadwalan kembali 12 proyek infrastruktur
Dana negara untuk IPTN dihentikan, proyek N-2130 didanai asing dan perbankan
Pencabutan perlakuan khusus dan fasilitas kredit bagi proyek Mobnas
5.      Penegasan kebijakan moneter

BI diberi otonomi penuh dalam menentukan kebijakan moneter dan suku bunga
Pemerintah memberi dukungan penuh pada bank swasta dan pemerintah untuk merger
6.      Restrukturisasi sektor perbankan dan sektor swasta

7.      Restrukturisasi struktural

1.        Bulog hanya memonopoli beras (terigu dan gula dihapus)

2.      Perdagangan domestik produk pertanian sepenuhnya dideregulasi

3.      BPPC dihapus

4.      Pendanaan ADB dipusatkan hanya pada usaha kecil, menengah, dan eksportir

5.      Hambatan investasi pada kelapa sawit dihapus

6.      Penghapusan aturan investasi pada penjualan grosir dan retail




Bagaimana kondisi perekonomian RI saat ini?

Resesi dapat dilihat dari ciri:

Ekspor tersendat, Capital flight, IHSG turun drastis, Kurs rupiah turun drastis.

Dampak: semuanya mengerem pembelian, permintaan menurun, produksi dikurangi, PHK meningkat, daya beli menurun, permintaan menurun, omset menurun, investasi dikurangi lagi dan seterusnya.

Pengelolaan siklus resesi oleh pemerintah: kebijaksanaan “antisiklis”.

Tetapi harus menganalisis masalah terlebih dahulu karena tipologi dari krisis yang merupakan the upper turning point sangat bervariasi. Tipe titik balik tertinggi atau krisis mewarnai resesi yang dimasukinya. Pengenalannya sangat penting untuk mengetahui, apakah kita memang mempunyai instrumen-instrumen untuk membendung arus yang tidak kita kehendaki, ataukah kita dihadapkan.
 

0 Response to "Makalah (EKONOMI) Siklus Ekonomi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel