-->

Seni Budaya (Tugas Sekolah) Tarian Asal Betawi

Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim di Batavia dari sejak abad ke-17. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa pada masa lalu.

Betawi Memiliki Beberapa Tarian Adat setidaknya sebagai berikut :


1.Tari Yapong


 Tari Yapong

Tari Yapong merupakan suatu bentuk tarian dari Jakarta yang diciptakan untuk sebuah pertunjukan.[1] Tarian ini bukan jenis tarian pergaulan seperti tari daerah kebanyakan, misalnya tari Jaipong dari Jawa Barat. Namun dalam perkembangannya, tarian ini sering dijadikan sebagai tari pergaulan untuk mengisi sebuah acara sesuai dengan permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi di dalamnya. Pada awalnya, tari Yapong dipertunjukkan dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan DKI mempersiapkan sebuah acara pagelaran tari massal dengan mengangkat cerita perjuangan Pangeran Jayakarta. Pagelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan kepada Bagong Kussudiarjo untuk menyelenggarakan acara tersebut. Untuk mempersiapkan pagelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi. Bagong melakukan penelitian tersebut melalui perpustakaan, film, slide maupun observasi langsung kepada masyarakat Betawi. Akhirnya, pagelaran ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 bertempat di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Pementasan tersebut didukung oleh 300 orang artis dan musikus yang ikut andil di dalamnya.

Tari ini merupakan tari yang gembira dengan gerakan yang dinamis dan eksotis. Dalam gerakan tarian Yapong diperlihatkan suasana yang gembira karena menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta. Adegan tersebut dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun. Istilah tersebut muncul dari lagunya yang berbunyi ya, ya, ya, ya yang dinyanyikan oleh penyanyi pengiringnya serta suara musik yang terdengar pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” yang semakin lama berkembang menjadi Yapong.
Seusai pementasan sendratari tersebut, Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiarjo beserta Dinas Kebudayaan DKI Jakarta mengubah tari Yapong dari bentuk sendratari dan mengembangkannnya menjadi tarian lepas.

Adapun corak dalam busana yang dikenakan para penarinya merupakan pengembangan dari pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Hal tersebut tampak jelas dari bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selempang yang dikenakan di dada, yang disebut dengan toka-toka. Tari Yapong diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan dimasukkannya unsur-unsur tari pop, di antaranya terdapat unsur tari daerah Sumatra. Karena budaya Betawi banyak dipengaruhi unsur-unsur budaya Tionghoa, maka dalam tarian Yapong juga terdapat unsur kesenian Tionghoa, misalnya pada kain yang dikenakan oleh para penari terdapat motif naga dengan warna merah menyala yang identik dengan budaya Tionghoa.

Dan juga alat musik yang digunakan saat tarian ini ditarikan merupakan campuran antara Betawi, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Setelah tarian ini menjadi tarian lepas, maka DKI Jakarta memanfaatkan beberapa alat musik tradisionalnya, seperti Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring. Dengan demikian, tari Yapong merupakan kreasi baru yang bertolak dari unsur-unsur gerak tradisional Betawi.



2. Tari Topeng Betawi



 Tari Topeng Betawi



Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi di Jakarta yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan perpaduan antara seni tari, music, dan nyanyian. Seperti pertunjukan teater atau opera, penari menari dengan di iringi suara music dan nyanyian. Tari Topeng Betawi lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.

Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara berkeliling oleh para seniman. Mereka biasanya di undang sebagai  pengisi hiburan dalam acara seperti pesta pernikahan, khitanan, dan lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat betawi, tarian ini bisa menjauhkan dari mara petaka. Namun seiring dengan perubahan jaman, kepercayaan itu mulai luntur dan menjadikan tarian ini hanya hiburan dalam acara saja. Namun walaupun kepercayaan itu mulai hilang, tarian ini tetap di adakan untuk memeriahkan pesta atau acara adat.

Dalam pertunjukannya, Tari Topeng Betawi di awali dengan lagu yang di iringi oleh music pengiring. Setelah itu para penari keluar sambil menari menggunakan topeng. Gerakan yang di lakukan para penari tergantung pada tema yang di bawakan. Tema yang di bawakan dalam tarian ini tergolong variatif di antaranya adalah kehidupan masyarakat, cerita legenda, kritik sosial, dan cerita klasik lainnya. Tari Topeng Betawi merupakan tarian yang bersifat teatrikal. Sehingga terdapat pesan yang di sampaikan melalui gerakan dalam menari. Tarian ini biasanya di iringi dengan alat music tradisional betawi seperti rebab, gendang besar, kempul, kromong tiga, kecrek, kulanter dan gong buyung. 

Kostum yang di gunakan dalam Tari Topeng Betawi juga tergantung pada tema yang di bawakan, namun masih tidak lepas dari busana khas betawi. Bagi penari pria biasanya menggunakan pakaian seperti pakaian hitam, kaos oblong, celana panjang, dan kain sarung. Selain itu di bagian kepala biasanya menggunakan peci atau ikat kepala. Bagi penari wanita biasanya menggunakan kain panjang dan pakaian kebaya yang di lengkapi dengan selendang. Selain bagian kepala memakai mahkota warna warni yang biasa di sebut dengan kembang topeng. Dan tidak lupa memakai topeng yang menutupi wajah para penarinya. Topeng yang di gunakan para penari terbuat dari kayu. Topeng ini tidak memakai pengikat pada kepala, namun penari menempelkan ke wajah mereka dengan cara di gigit di bagian dalam topengnya.

Untuk menarikan Tari Topeng Betawi ini tidak lah mudah. Ada 3 hal yang wajib di miliki para penari topeng betawi ini. pertama, penari harus gendes, yaitu luwes atau lemah gemulai. Penari juga harus ceria dan tidak boleh kelihatan sedih saat menari. Terakhir, penari harus lincah dan bergerak bebas.

Dalam perkembangannya, Tari Topeng Betawi tidak hanya di gunakan sebagai acara hiburan saat pesta pernikahan atau khitanan saja. Namun tarian ini juga sering di pentaskan pada acara besar adat betawi di Jakarta. Tari Topeng Betawi telah berkembang, sehingga banyak variasi dan jenis seperti tari lipet gandes, tari topeng tunggal, tari enjot-enjotan, tari gegot, tari topeng cantik, tari topeng putri, tari topeng ekspresi, dan tari kang aji.

Nah cukup sekian pengenalan tentang Tari Topeng Betawi TarianTradisional Dari Jakarta. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang tarian tradisional di Indonesia.


3. Tari Sirih Kuning



 Tari Sirih Kuning


Tari Sirih Kuning adalah tarian yang berasal dari betawi  tempo dulu dan tarian ini dibawakan secara berpasangan  dengan diiringi musik khas Betawi yaitu Gambang Kromong. Tarian ini biasanya  di lakukan untuk menyambut  atau memeriahkan sebuah acara.

Tarian jenis ini merupakan pengembangan dari tarian Cokek yang merupakan tarian pergaulan di tanah Betawi tempo dulu dan banyak berkembang khususnya di daerah Betawi pinggir ( Tangerang dan sekitarnya).Arti kata Cokek sendiri yaitu berasal dari nama seorang Tuan Tanah di kawasan itu yang bernama lengkap Tan Sio Kek dengan mempersembahkan para penari wanita untuk menghibur para tamu dalam setiap perayaan atau pesta rakyat. Dalam perkembangannya, orkes Gambang kromong dipergunakan untuk mengiringi tarian jenis ini sambil menari berpasangan antara laki-laki dan perempuan lengkap dengan kebaya khas penari cokek berupa kebaya kurung dan celana panjang berbahan sutera khas cina peranakan dengan warna-warni cerah ceria.Pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan, dimana para penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama musik gambang kromong, setelah itu mereka mengajak tamu untuk menari bersama dengan mengalungkan selendang. pertama-tama kepada tamu yang dianggap paling terhormat. Bila yang diserahi selendang itu bersedia ikut menari, maka mulailah mereka ngibing; menari berpasang-pasangan. Tiap pasang berhadapan pada jarak yang dekat tetapi tidak saling bersentuhan. Ada kalanya pula pasangan-pasangan itu saling membelakangi. Kini, tarian ini biasanya digunakan untuk mengiringi pengantin Betawi memasuki pelaminan serangkai dengan proses penyerahan sirih dare oleh mempelai pria kepada pengantin wanita atau pada hiburan penyambutan tamu kehormatan maupun perayaan lengkap dengan irama lagu khas Betawi " Sirih Kuning ".


Sikap Awal :
  1. Kaki : Renggangkan kedua kaki kanan dan kiri sehingga membentuk sebuah huruf V.
  2. Tangan : Merentangkan kedua tangan dengan mengangkat kedua tangan agak setengah keatas dan telapak tangan membuat desain bawah pada tari.
  3. Badan :Posisi badan penari wanita tegap lurus, namun kaki agak   direndahkan ke bawah.
  4. Posisi badan penari pria agak doyong ke depan.
  5. Kepala : Lurus memandang ke depan.
  6. Hitungan : -



4. Tari Lenggang Nyai





Tari Lenggang Nyai adalah salah satu kesenian tari masyarakat Betawi di Jakarta yang terinspirasi dari kisah hidup Nyai Dasimah. Tarian ini merupakan tarian kreasi baru yang di ambil dari sebuah cerita rakyat, sehingga banyak pesan dan makna yang di gambarkan melalui tarian ini.

Menurut sejarahnya, Tari Lenggang Nyai ini di ciptakan oleh seorang seniaman tari dari Yogyakarta bernama Wiwik Widiastuti. Karena kecintaannya pada kesenian tari di Indonesia dan kebudayaan Betawi membuat seniman ini menciptakan sebuah kreasi tarian baru berlatar belakang cerita rakyat Betawi yaitu cerita Nyai Dasimah. Nama Tari Lenggang Nyai sendiri berasal dari kata “lenggang” yang berarti “melengak – lengok” dan kata “nyai” yang di ambil dari cerita Nyai Dasimah.

Menurut ceritanya, Nyai Dasimah merupakan seorang wanita cantik dari Betawi yang berada dalam kebingungan untuk memilih pendamping hidupnya. Pada saat itu dia dihadapkan pada dua pilihan pria yang berbeda kebangsaan, yaitu pria Belanda dan pria Indonesia. Setelah berpikir panjang, Nyai Dasimah pun memilih sorang pria belanda bernama Edward William. Setelah menikah, kehidupan Nyai Dasimah pun berubah. Adanya aturan – aturan yang di buat suaminya membuat Nyai Dasimah merasa terkekang. Merasa hak – haknya sebagai perempuan di rampas, Nyai Dasimah pun memutuskan untuk memberontak dan memperjuangkan kebebasannya. Perjuangan atas hak perempuan itulah membuat Wiwik Widiastuti terinspirasi untuk menciptakan tarian kreasi baru ini sebagai mengenang perjuangan Nyai Dasimah memperjuangkan hak dan kebebasannya sebagai seorang wanita.

Gerakan dalam Tari Lenggang Nyai ini menggambarkan karakter dan cerita dari Nyai Dasimah. Dalam pertunjukannya, penari menari dengan gerakan yang lincah yang menggambarkan keceriaan dan keluwesan gadis Betawi. Kelincahan tersebut terlihat dari gerak tubuh, kaki dan tangan para penari yang bergerak secara dinamis. Selain itu ada gerakan dari satu sisi ke sisi lain yang menggambarkan kebingungan Nyai Dasimah saat mengambil keputusan untuk memilih pendamping hidupnya.

Dalam pertunjukan Tari Lenggang Nyai ini, penari biasanya di balut dengan busana perpaduan unsur budaya Cina dan Betawi dengan warna terang seperti warna hijau terang dan merah terang. Selain itu pada bagian kepala dihiasi dengan hiasan seperti mahkota yang identik dengan budaya Cina. Pada pertunjukan tarian ini juga di iringi dengan musik tradisional Betawi, yaitu Gambang kromong.

Dalam perkembangannya, walaupun tarian ini merupakan tarian kreasi baru. Namun Tari Lenggang Nyai ini telah menjadi salah satu tarian tradisional Betawi yang sering menghiasi berbagai acara seperti acara adat, penyambutan tamu penting, acara peresmian, acara perayaan dan festival budaya yang diadakan di ibukota Jakarta.



5. Tari Japin Betawi






 
Tari Japin Betawi atau Tari Zapin Betawi merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Jakarta. Tarian ini merupakan campuran dari tarian Melayu yang dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Kata Zapin pada tarian ini berasal dari bahasa arab, yakni zafana yang artinya adalah bertandak atau berjoget atau menari. 

Tari Zapin ini termasuk ke dalam tari pergaulan. Hal tersebut diperkuat dengan berbagai keterangan yang dapat dilihat dari ciri-ciri penampilannya, seperti adanya unsur improvisasi, spontanitas dan ke tidak formalan, terutama pada segi pemakaian kostum dan tidak adanya aturan yang mengikat, baik itu segi koreogranya, seperti ketentuan komposisi tari maupun dari segi musik pengiringnya. Dalam pertunjukannya, umumnya tidak ada jarak diantara penari dan penonton. Para penonton bebas untuk tampil bebas di arena sebagai penari.

Keunikan yang paling pokok pada tari Zapin betawi ini adalah tidak terlalu menekankan pada gerakan kepala, tangan, tubuh, dan gerakan di bagian badan. Gerakan pada tarian ini terpusat pada bagian kaki dengan memakai 2 pola langkahan, yakni langkahan biasa dan juga langkahan kecil.

Langkahan kaki dengan arah menyudut dan langkahan kaki yang membentuk mata panah adalah ciri yang paling khas di dalam tari Zapin Betawi. Langkahan ini merupakan langkahan pokok di dalam tari Zapin. Adapun untuk gerakan kakinya akan membentuk garis lengkung baik berupa setengah lingkaran, lingkaran penuh, maupun spiral dianggap sebagai kreasinya.


Dalam tari Zapin betawi ada 4 jenis pola gerakan kaki, yakni pola pokok, konde, putaran tiga, dan setengah putaran. Keempat pola langkahan tersebut, sekaligus juga dipakai dalam satu penampilan, artinya pola langkahan ini adalah satu kesatuan. Lamanya melakukan satu pola langkahan kaki ini dihitung berdasarkan dari irama lagunya, bisa 2 kali 4 hitungan, atau 3 kali 4 hitungan. Hal ini akan sangat tergantung pada kemauan para penari. Penari bisa saja membuat rumus perpindahan pola langkahan kaki secara spontan, seperti 2x4, 3x4, 1x4 dan seterusnya.

Tari Zapin termasuk ke dalam tarian yang mempunyai pola lantai yang sangat bervariasi. Setiap variasinya biasanya selalu diawali dengan langkahan mentudut ke arah kiri. Dan untuk akhir variasinya juga akan selalu kembali ke titik semula. Seperti telah dikatakan sebelumnya, gerakan tari Zapin betawi ini terpusat pada gerak langkah kaki. Gerak pokok di dalam langkahan tersebut adalah gerak berjalan menapak (jinjit) sebelah kaki. Tetapi, sering pula divariasikan dengan berbagai gerakan seperti menendang.

Adapun untuk gerakan tangannya akan mengikuti gerakan kaki sebagaimana layaknya seseorang berjalan. Gerakannya hanya berupa ayunan biasa, yang terkadang diselingi oleh tepukan tangan atau dengan gerakan yang menyentak-nyentakan ibu jari tengah. Ragam gerak yang ada di dalam tari Zapin betawi biasanya tidak memiliki nama khusus. Meskipun demikian, ada 3 motif yang pada umumnya ada di dalam tarian ini, yakni ayunan, tepukan, serta hentakan ibu jari dan jari tengah yang menimbulkan bunyi "tek".

Pada musik tari Zapin Betawi dipakai juga vokal yang dibawakan oleh para penyanyi pria dan wanita yang fungsinya untuk pembawa lagu melodi. Lirik lagu pada tarian ini semuanya bertemakan ajaran agama Islam, terutama tentaang keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Adapun untuk instrumen musik yang mengiringi tari Zapin Betawi yaitu alat musik yang dipakai dalam orkes gambus, seperti biola, marwas, suling, gambus, dan gendang.

Kostum tari Zapin Betawi pada pria biasanya memakai kopiah sebagai hiasan kepalanya, baju kampret, celana batik, sarung, dan juga selendang. Sedangkan untuk penari wanitanya akan memakai kebaya, celana panjang, ikat pinggang, kain, dan selendang yang digunakan seperti jilbab serta menggunakan ikat kepala. Warna yang dipakai pada kostum tidak ada ketentuan, namun lebih bergantung kepada selera penari. Begitu juga dengan ornamen yang ada dibagian-bagian tertentu.



6. Tari Cokek






Tari Cokek adalah salah satu tarian klasik masyarakat Betawi di Jakarta. Tarian ini merupakan tarian pergaulan masyarakat Betawi untuk memeriahkan pesta adat mereka. Tari Cokek ini merupakan perpaduan antara unsur tari tradsional tiongkok, sunda, Betawi dan juga pencak silat.Gerakan dalam Tari Cokek ini merupakan gerakan yang harmonis dan luwes, yaitu dengan gerakan tangan yang gemulai dan pinggul yang bergoyang  seirama. Selain itu, sesekali penari juga memainkan selendangnya sehingga membuat penari telihat anggun dan mempesona.

Tari Cokek awalnya di mainkan oleh tiga penari wanita, namun sekarang tarian ini biasa di mainkan oleh 5 – 7 orang wanita. Dalam pertunjukannya, di awali dengan menari berjejer memanjang dengan dengan rentangan tangan setinggi bahu di iringi gerakan melangkah maju mundur mengikuti irama Gambang kromong. Dalam tarian ini penari biasanya juga mengajak para tamu untuk ikut menari. Ajakan tersebut dalam masyarakat Betawi di kenal dengan istilah Ngibing, yaitu saat dimana para penari mengalungkan selendang yang mereka kenakan ke leher para tamu yang datang dan menari bersama.

Tidak semua para tamu di ajak untuk menari, biasanya para tamu yang di anggap paling terhormatlah yang di ajak menari bersama terlebih dahulu. Tari Cokek ini merupakan tarian yang interaktif  dan komunikatif. Tarian ini mirip dengan tari sintren dari Cirebon dan tari ronggeng dari jawa tengah dimana para penari juga mengajak para penonton untuk menari. namun yang membedakan dalam tarian ini adalah gerakan dan music pengiringnya, yaitu Gambang kromong.

Dalam pertunjukannya, penari di balut dengan busana seperti baju kurug dan celana panjang yang terbuat dari bahan sutera. Warna busana tersebut biasanya mencolok dan berwarna warni seperti warna merah menyala, hijau, kuning dan sebagainya. Selain itu penari juga mengenakan selendang panjang di leher mereka yang di gunakan untuk mengajak penonton menari bersama.

Dalam perkembangannya, Tari Cokek mulai jarang di pertunjukan di berbagai acara seperti dulu. Namun tarian ini masih bisa kita temukan di acara besar seperti pesta ulang tahun ibukota Jakarta dan festival budaya. Seiring perkembangannya, Tari Cokek sudah di modifikasi agar terlihat menarik. Banyak kreasi yang di tambahkan terutama pada gerakan dan busana yang di gunakan, namun tidak meninggalkan pakem aslinya.


Refresi : Google and Wikipedia

0 Response to "Seni Budaya (Tugas Sekolah) Tarian Asal Betawi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel